Selasa, 03 November 2015

Mozes Misdy Penggerak Pasar Seni Sidoarjo

Sebagai pelukis senior, Mozes Misdy dengan senang hati berbagi pengalaman dan ilmu kepada pelukis-pelukis pemula. Namun, pria 73 tahun ini tak suka memberikan ceramah atau membuka kursus seni rupa. Dia ingin anak-anak muda langsung praktik dan terus belajar dari hari ke hari.

"Saya sendiri tidak pernah ikut lomba. Tidak ikut kursus dan sebagainya. Waktu anak-anak saya melukis di pasir atau tanah," ujar Mozes Misdy kepada saya di Pasar Seni Sidoarjo, kawasan Pondok Mutiara.

Setiap hari ada saja pelukis-pelukis muda asal Sidoarjo atau kota lain mampir ke galeri milik Mozes Misdy di Pasar Seni. Tidak setiap hari pria yang senang melukis perahu nelayan dan pemandangan itu ada di Sidoarjo. Sebab, dia sering blusukan ke mana-mana untuk mencari inspirasi lukisan-lukisannya. Kadang ke Banyuwangi, Bali, Jakarta, dan kota-kota lain di tanah air. 

"Saya harus bergerak, bergerak, dan berkarya," katanya.

Hanya saja, keteguhannya memegang prinsip sebagai seniman senior itu sering kali sulit diikuti pelukis-pelukis muda. Mereka justru kesulitan mengikuti irama kerjanya yang cepat dan serius. Dia menilai saat ini banyak pelukis junior yang setengah-setengah mencemplungkan diri ke jagat seni rupa. 

"Belum apa-apa sudah mengaku seniman. Padahal, lukisan yang dibuat masih sangat sedikit. Setelah itu tidak melukis lagi, tapi masih suka mengaku seniman," kritiknya.

Karena mentalitas seniman yang dianggap kurang tangguh, Mozes Misdy tidak kaget melihat perkembangan seni rupa di Jawa Timur, khususnya Kabupaten Sidoarjo, yang cenderung stagnan. Pameran lukisan, khususnya pemeran tunggal, hampir tidak ada lagi di Sidoarjo. Pameran bersama pun sangat jarang. "Lha, kalau Anda nggak melukis, terus mau pamer karya yang mana?" tukasnya prihatin.

Mozes Misdy sudah ratusan kali mengadakan pameran tunggal sejak 1967. Belum lagi ratusan pameran bersama pelukis-pelukis lain. Bagi pelukis dengan metode palet ini, pameran tunggal sangat perlu dilakukan seorang pelukis sebagai pertanggungjawaban profesi kepada masyarakat. "Jadi, pameran itu tidak semata-mata karena mencari uang atau jualan lukisan," katanya.

Mozes masih mengenang pengalaman pertama saat mengadakan pameran lukisan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 1969. Saat usianya masih 28 tahun, belum banyak makan garam di seni rupa. "Waktu itu modal saya cuma 5 dolar. Saya tidak punya uang sama sekali. Sponsor juga tidak ada. Tapi, alhamdulillah, dengan modal semangat dan keyakinan berkarya sepenuh hati, saya bisa pameran di Malaysia," tuturnya.

Pengalaman di Malaysia itu semakin membuat Mozes Misdy mantap memilih jalan hidup sebagai seniman lukis. Dia terus bergerak, blusukan ke mana-mana dan berkarya. Akhirnya, dia kembali melanglang dunia antara lain ke beberapa kota di Australia seperti Perth, Darwin, dan Casuarina pada 1974. "Saya juga sempat pameran di Bangkok. Modal saya ya semangat," katanya. (rek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar